Mitos Hutang
Mitos atau anggapan “hutang ini buruk”, bisa benar bisa salah. Benar hutang itu buruk, apabila kita berhutang terlalu banyak, hanya untuk keperluan konsumtif. Tetapi apabila utang itu kita manfaatkan untuk melakukan bisnis atau usaha, maka anggapan hutang itu buruk adalah salah. Saya sepakat, kalau kita mempunyai hutang pribadi, sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan. Jangan banyak-banyak. Dan pastikan hutang kita itu ada yang membayar.
Dalam berbisnis, kalau bisnis kita mulai berkembang, pasti sangat membutuhkan tambahan modal kerja maupun investasi. Kalau kita mau maju, maka hutang untuk bisnis bukan suatu masalah, justru sangat perlu. Asal kita bisa menggunakannya secara tepat, hal itu justru akan membuat bisnis kita lebih berkembang. Sebagi contoh, kita punya modal Rp 10 juta. Dari modal itu kita untung 20%, maka keuntungan yang kita peroleh Rp 2 juta. Namun kalau dari Rp 10 juta kita bisa mendatangkan tambahan modal Rp 90 juta dari hutang, sehingga modal menjadi Rp 100 juta, maka keuntungan kita yang 20% menjadi Rp 20 juta. Dari sini kita bisa membandingkan berapa keuntungan kita sebelum dan sesudah mendapat modal dari luar. Itu hitungan sederhana.
Banyak cara untuk mendapatkan hutang. Misalnya melalui bank. Tetapi bank dalam memberikan pinjaman pasti melihat kredibilitas kita. Kalau bisnis kita baik, mengapa kita takut hutang. Karena dengan tambahnya modal, maka bisnis kita akan menjadi lebih baik. Sehingga dengan berkembangnya bisnis kita, dampak positifnya dapat membuka lapangan kerja baru.
Kredit modal kerja adalah salah satu bentuk hutang yang bisa kita manfaatkan. Dan modal itu bisa kita pakai terus, karena sistemnya Rekening Koran, dimana kita membayar bunga dari saldo pinjaman yang kita pakai. Setiap jatuh tempo bisa diperpanjang. Bahkan kalau bisnis kita semakin maju, maka kita dapat mengajukan tambahan kredit lagi sesuai kebutuhan. Yang penting dalam berhutang tidak ada sedikitpun pikiran atau niat untuk ngemplang atau tidak membayar. Kita harus punya niat baik menepati kesepakatan perjanjian kredit dengan bank.
Perlu kta ketahui, pihak Bank sendiri dalam operasionalnya selalu menghimpun dana. Kedua fungsi ini harus seimbang. Dalam penyaluran kredit, pihak Bank sendiri mengharapkan adanya keuntungan demi kelancaran operasional dan peningkatan kesejahteraan karyawan, serta perkembangan bank itu sendiri. Sedang bagi kita yang memanfaatkan kredit sehingga bisnisnya berkembang, maka dampak positifnya, kesejahteraan karyawan akan meningkat. Disinailah perlunya, pihak bank dan pengusaha saling kerjasama, saling memberikan dukungan.
Sebenarnya, seorang yang mempunyai citra buruk dalam ber-hutang, pada dasarnya disebabkan orang tersebut ingkar janji, tidak bisa membayar atau bahkan ngemplang tidak mau membayar. Tetapi ada pula citra buruk diciptakan oleh mereka yang tidak percaya untuk mendapatkan hutang. Sehingga sebagai kompensasi kejengkelannya, mereka menyebarkan isu, bahwa hutang itu buruk. Anggapan seperti itu seharusnya tidak perlu terjadi, karena apa yang kita lakukan itu demi kemajuan bisnis kita. Sayangnya, sebagian besar masyarakat percaya tentang hal itu. Padahal kalau kita mau eksis dan maju dalam berbisnis, salah satu jurus yang jitu adalah harus mau dan mampu memanfaatkan dana dari pihak lain. Untuk melakukan ini memang dituntut keberanian dan rasa optimis. Bisa saja kita punya rasa optimis justru dengan modal sendiri, walaupun ada yang mengatakan, bisnis dengan modal sendiri berarti kita egois, tidak sosial, tidak mau bagi-bagi keuntungan. Dan dari aspek spiritual, menurut saya, semakin banyak kita melibatkan dana orang lain untuk mengembangkan bisnis, maka semakin banyak pula orang ikut mendo’akan bisnis kita. Sebaliknya, kalau bisnis kita menggunakan modal sendiri, maka yang mendo’akan bisnis kita hanya kita sendiri. Berani mencoba?
Langganan:
Postingan (Atom)